Postingan

Menampilkan postingan dengan label Lingkungan

Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Sebuah Khayalan Menjelang Petang AWAL mula postingan ini sejatinya tulisan status saya di Facebook. Saya membayangkan, bagaimana seandainya Hari Raya Nyepi yang selama ini dirayakan hanya di Bali saja, ternyata dirayakan di seluruh dunia. Kalau semuanya merayakan Nyepi, artinya seluruh aktivitas di berbagai belahan bumi stop selama 24 jam. Ketika sampai pada bayangan bahwa seluruh aktivitas di dunia ini bakal terhenti selama 24 jam, saya belum sempat berpikir berapa persen energi yang mungkin bisa dihemat. Berapa persen pula polusi yang bisa dikurangi. Dan, berapa persen juga penyakit jiwa yang bisa diredam. Soalnya, saya sendiri tidak punya gambaran jelas mengenai itu semua. Karena memang saya tidak punya data. Apalagi melakukan survei secara langsung. Tapi, kebiasaan mengkhayal yang sejak SD sudah biasa saya lakukan rupanya mendorong saya untuk merenung lebih dalam. Saya pun mengabaikan angka-angka dan langsung pada kesimpulan bahwa pasokan energi di bumi semakin langka. Sebara

Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Sebuah Khayalan Menjelang Petang AWAL mula postingan ini sejatinya tulisan status saya di Facebook. Saya membayangkan, bagaimana seandainya Hari Raya Nyepi yang selama ini dirayakan hanya di Bali saja, ternyata dirayakan di seluruh dunia. Kalau semuanya merayakan Nyepi, artinya seluruh aktivitas di berbagai belahan bumi stop selama 24 jam. Ketika sampai pada bayangan bahwa seluruh aktivitas di dunia ini bakal terhenti selama 24 jam, saya belum sempat berpikir berapa persen energi yang mungkin bisa dihemat. Berapa persen pula polusi yang bisa dikurangi. Dan, berapa persen juga penyakit jiwa yang bisa diredam. Soalnya, saya sendiri tidak punya gambaran jelas mengenai itu semua. Karena memang saya tidak punya data. Apalagi melakukan survei secara langsung. Tapi, kebiasaan mengkhayal yang sejak SD sudah biasa saya lakukan rupanya mendorong saya untuk merenung lebih dalam. Saya pun mengabaikan angka-angka dan langsung pada kesimpulan bahwa pasokan energi di bumi semakin langka. Sebara

Valentine untuk Si Yatim dan Papa

Gambar
Seperti di Bioskop PEBRUARI 2011 memang sudah lewat. Tak banyak kegiatan yang digelar di Karangasem. Terkecuali, perayaan Valentine Day yang dilakukan anak-anak muda setempat. Saat perayaannya, suasana Kota Amlapura memang agak lain dari biasanya. Keramaian pada malam hari yang biasanya terbatas sampai pukul 20.00, saat itu justru bertahan sampai pukul 21.00. Tapi, saat itu ada yang jauh lebih berbeda tinimbang geliat aktivitas anak muda yang meramaikan Kota Amlapura. Sehari sebelumnya, Minggu (13/2), seluruh anak yatim piatu tumpah ruah di Ballroom 27 Enterprise, Hardy’s Karangasem. Mereka berbaur pula dengan anak-anak dari keluarga papa atau tidak mampu. Waktu itu, salah satu radio swasta di Karangasem, Oejoeng FM sedang bekerja sama komunitas wartawan saban hari ngetem di Karangasem dan menamakan dirinya Aliansi Jurnalis Karangasem (AJK). Keduanya berkolaborasi membentuk sebuah acara kecil-kecilan yakni nobar (nonton bareng) film Denias, Senandung di Atas Awan. Ceritanya

Menengok Klebutan Toya Masem (2-habis)

Gambar
Airnya Diyakini Punya Khaziat Menyebuhkan Penyakit Percaya tidak percaya, air di Klebutan Toya Masem memang punya rasa yang aneh. Konon keanehan rasa air itulah yang membuat beberapa orang luar Karangasem mendatangi mata air ini. Untuk apa ya? RASA masam setelah menenggak air tersebut masih terasa. Sementara Panda melanjutkan ceritanya mengenai mata air yang ada di banjarnya tersebut. Menurutnya, rasa air yang aneh tersebut tak jarang mendorong beberapa orang dari luar Karangasem datang ke Klebutan Toya Masem. Setiap kali datang, mereka kebanyakan berniat meminta air tersebut untuk dijadikan obat. “Kebanyakan orang Gianyar, Singaraja, Klungkung, dan Badung. Mereka bilang mau nunas air untuk dijadikan obat,” kata Panda sambil mengusap wajahnya dengan air di klebutan pertama. Entah khasiat atau unsur apa yang terkandung dalam air tersebut. Panda pun mengaku sama sekali tidak mengetahuinya. Apalagi dia bukan orang berpendidikan tinggi. Namun keyakinan mendorong dirinya percaya ba

Menengok Klebutan Toya Masem (1)

Gambar
Airnya dari Satu Sumber, Tapi Rasanya Ada Lima Karangasem memang punya banyak lokasi yang layak dijadikan tempat untuk melakukan aktivitas spiritual. Salah satunya Bukit Bangle yang ada di Desa Bunutan, Abang. Di tempat ini, konon ada sumber mata air dengan lima rasa yang berbeda. Dan, Sabtu (10/4) yang lalu, Radar Bali akhirnya berkesampatan singgah ke tempat itu. Benarkah ada sumber mata air dengan lima rasa berbeda? GUYURAN hujan pada Sabtu (10/4) siang akhirnya terhenti juga. Meski demikian, puncak Gunung Lempuyang masih terlihat kelabu disaput mendung kelam. Di tengah cuaca yang mulai mereda, saya sampai pula di Banjar Bangle yang terletak di Desa Bunutan, Kecamatan Abang. Banjar yang berada di kaki bukit Bangle ini begitu asri. Dari kejauhan, rumah penduduk yang masih dibangun dengan cara tradisional terlihat begitu uniknya. Berundag-undag mengikuti alur ketinggian Bukit Bangle serta sebagian kaki Gunung Lempuyang. Tak berselang lama, seorang pemuda bernama I Made Sulida menghamp

Reboisasi Mandiri Ala Warga Temukus

Gambar
Menyelamatkan 30 Hektar Lahan Labil Meski masuk kategori subur, lahan di Dusun Temukus, Desa Besakih ternyata cukup labil. Unsur tanah yang banyak mengandung pasir membuat lahan di pedusunan tersebut rentan longsor. Di sisi lain, lahan yang curam tersebut tidak disertai dengan pepohonan penyangga. Karena itu, warga setempat dengan swadaya melakukan reboisasi. Seperti apa jalannya? KABUT tebal terlihat menyelimuti Gunung Agung pada Kamis (18/2) siang. Rona-ronanya, kawasan spiritual tersebut sebentar lagi akan hujan. Meski demikian, koran ini harus tetap melanjutkan perjalanan untuk menengok aktivitas beberapa warga di Dusun Temukus, Desa Besakih yang sedang mereboisasi wilayahnya. Penghijauan tersebut sedang mereka gencarkan karena kebetulan mendapat bantuan 2 ribu bibit Albesia yang diperjuangkan Uluapad Community dari Dinas Kehutanan Provinsi Bali. Awalnya, koran ini melintasi jalan yang lumayan baik karena dilapisi semen. Namun kondisi jalan yang bebas hambatan itu ternyata tak bis

Postingan populer dari blog ini

Menengok Klebutan Toya Masem (2-habis)

Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Menengok Klebutan Toya Masem (1)