Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Sebuah Khayalan Menjelang Petang AWAL mula postingan ini sejatinya tulisan status saya di Facebook. Saya membayangkan, bagaimana seandainya Hari Raya Nyepi yang selama ini dirayakan hanya di Bali saja, ternyata dirayakan di seluruh dunia. Kalau semuanya merayakan Nyepi, artinya seluruh aktivitas di berbagai belahan bumi stop selama 24 jam. Ketika sampai pada bayangan bahwa seluruh aktivitas di dunia ini bakal terhenti selama 24 jam, saya belum sempat berpikir berapa persen energi yang mungkin bisa dihemat. Berapa persen pula polusi yang bisa dikurangi. Dan, berapa persen juga penyakit jiwa yang bisa diredam. Soalnya, saya sendiri tidak punya gambaran jelas mengenai itu semua. Karena memang saya tidak punya data. Apalagi melakukan survei secara langsung. Tapi, kebiasaan mengkhayal yang sejak SD sudah biasa saya lakukan rupanya mendorong saya untuk merenung lebih dalam. Saya pun mengabaikan angka-angka dan langsung pada kesimpulan bahwa pasokan energi di bumi semakin langka. Sebara

Horee…Sekarang Punya Cupang


SEJAK 4 Maret 2010, di kamar kosku yang sempit kedatangan penghuni baru. Mereka tak lain tiga ekor ikan Cupang yang anggun. Lumayan untuk teman sekaligus pelepas suntuk di kamar kos. Tiga ekor Cupang ini beli di penjual ikan yang ada di dekat Tugu Pahlawan Karangasem pada hari itu juga. Ketiga ikan ini aku taruh di botol bekas yang sudah aku potong. Tidak banyak makan tempat, karena tubuh ikan petarung ini tidaklah besar. Meski tercatat sebagai ikan kelas petarung, ikan ini tidak akan aku adu. Kasihan, tubuhnya yang mungil tapi anggun bakal rusak. Bahkan bisa mati kalau dia kalah saat diadu. Welcome Mbak Cupang.(rul)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menengok Klebutan Toya Masem (2-habis)

Seandainya Seluruh Dunia Rayakan Nyepi?

Menengok Klebutan Toya Masem (1)